Gambar-Gambar Aneh.. tapi Menakjubkan
Posted by Heru Anwar Kenjest " ibeng"
on
December 17, 2012
, under
Picture
|
coment (0)
Posted by Heru Anwar Kenjest " ibeng"
on , under
Short Story
|
coment (0)
Perempuan hebat itu Ibuku

"Jangan
mudah putus asa karena setiap kegagalan itu pasti ada hikmah yang hebat
didalamnya. Tuhan Maha Mengetahui. Tak mungkin Dia akan mengabaikan
umatnya"
Kata–kata itu selalu dicamkan Ibu pada kami,
anak-anaknya, setiap kali kami menemui kegagalan. Terkadang kami
menganggap hal itu sungguh klise, atau sebuah nasehat yang biasa untuk
memotivasi kami bila kami larut dalam kesedihan saat mendapati sesuatu
yang tidak seperti kami inginkan. Tapi sekarang betapa aku rindu sekali
mendengar nasehat Ibu terlebih bila aku terbentur masalah kantor, rumah
tangga ataupun yang lain.
Ibuku memang seorang wanita yang
giat dan tegar. Suatu kejadian masa lalu yang sempat aku dengar dari
kakakku selalu terngiang dan membuat hatiku bangga pada Ibu. Saat itu
Ayahku bekerja di sebuah perusahaan penerbangan milik negara dengan gaji
yang tinggi. Tentu saja semua kebutuhan anak-anaknya pada masa tersebut
ada enam orang dapat tercukupi.
Sampai pada suatu
peristiwa yang merubah jalan hidup Ayah dan keluargaku. Tahun itu
ternyata sedang berlangsung peristiwa pencarian dan penangkapan
orang–orang yang terlibat suatu Organisasi atau partai yang terlarang
pada masa itu. Berita yang sangat buruk sungguh mengejutkan Ayah dan
rekan-rekan di kantornya. Atasan Ayah termasuk orang yang dicari dan
langsung diberhentikan oleh perusahaan. Rupanya atasan Ayah mempunyai
niat buruk. Semua staff yang berada dibawahnya dilaporkannya ikut
terlibat pada partai tersebut.Tanpa diusut lebih lanjut semua staff di
kantor diberhentikan termasuk Ayahku.
Ayahku tentu saja
merasa bingung dan gundah gulana, apa lagi sulit sekali mencari
pekerjaan ditambah lagi dengan cap terlibat partai terlarang. Disitulah
Ibuku dituntut untuk berjiwa besar.. Ibu terus menasehati Ayah agar
terus berusaha dan pantang berputus asa. Masa berganti masa dan bulan
berganti bulan namun Ayah belum kunjung mendapat pekerjaan. Pesangon
yang diberikan perusahaan yang kemudian dijadikan modal kerja sama usaha
pun ternyata malah ditipu oleh teman Ayah sendiri.
Ayahku
mulai patah semangat dan dan mulai malas untuk mencari kerja, namun Ibu
tak kenal lelah untuk memotivasi Ayah. Padahal saat itu Ayah tidak bisa
mencukupi kebutuhan keluarga lagi. Dalam keputusasaan, Ayah menjadi
lebih temperamental. Apa saja yang tidak mengenakkan hatinya, Ayah pasti
langsung emosi. Menurut cerita kakak-kakakku, ketika Ayah marah, tak
seorang pun yang berani mengusik Ayah karena takut menjadi sasaran
kemarahan Ayah. Tapi Ibu sangat sabar dan memaklumi mengapa Ayah menjadi
lebih pemarah. Ibu berusaha mengerti segala kekalutan dan kebingungan
Ayah.
"Jangan marah pada Ayah. Kita semua harus mendukung
Ayah dan memberi semangat padanya. Kita harus terus berdo’a kepada Tuhan
semoga diberikan jalan keluar untuk Ayah dan keluarga kita," demikian
kata-kata Ibu pada kakak-kakakku bila mereka mengeluh tentang Ayah dan
nasehat itu selalu diingat oleh kakak-kakakku.
Ibu memang
wanita luar biasa. Di saat keuangan yang sulit, Ibu harus memutar
pikiran untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Mulailah Ibu
menanam sayur-sayuran di kebun belakang, sehingga dari sanalah dapur
kami dapat mengepul. Kakak-kakakku cerita, ketika itu mereka harus makan
sangat sederhana. Bayangkan bila sebelumnya mereka bisa makan enak,
saat itu mereka harus bersyukur bila hanya makan dengan sayur dan sambal
atau kerupuk.
Sedangkan untuk kebutuhan sekolah anak –
anak dan untuk membeli beras Ibuku mengkreditkan pakaian ke rumah–rumah
tetangga. Banyak tetangga yang mencemooh dan merendahkan Ibuku yang
dulunya hidup enak sekarang harus bekerja keras. Bila kakak-kakakku
menjadi marah karena sindiran dari para tetangga yang sepertinya senang
dengan kemelaratan kami, namun Ibu dengan senyumnya yang selalu bisa
menenangkan hati itu tidak memasukkan ke dalam hatinya setiap perlakuan
yang sangat tidak mdngenakkan itu. Ibu tetap bersyukur pada Tuhan atas
semua rezeki yang diberikan Tuhan.
"Tapi kita tidak bisa diam saja bu, bila dihina seperti itu?!"
"Awas saja, akan kubalas ejekan mereka pada Ibu!"
Begitulah
kemarahan-kemarahan kakak-kakakku melihat Ibu kami disakiti dan diejek.
Tapi Ibu tak pernah terbawa emosi. Dengan lembutnya Ibu menenangkan
kakak-kakakku yang sedang emosi itu.
"Marah tak akan
menyelesaikan masalah, nak. Untuk apa meruncing permasalahan dan
menambah musuh kan?" demikian Ibu berujar, "engan berdo’a yang tak
putus-putus, suatu saat Tuhan pasti memberikan balasan dari setiap usaha
yang kita kerjakan. Satu hal yang harus selalu diingat, bersyukurlah,
karena hari ini pun kita masih bisa makan, itulah rezeki yang diberikan
Tuhan untuk kita."
Ah…Ibu memang wanita yang sangat tegar.
Kesabaran dan ketabahannya dalam menapaki hidup sepertinya menyentuh
hati Ayahku. Akhirnya semangat Ayahku bangkit kembali. Ayah bangkit dari
tidurnya lelapnya dan mulai mengisi hari-hari dengan harapan dan
semangat dalam usaha mencari pencapaian cita-cita.
Sampai
kemudian Ayah melamar kerja pada suatu perusahaan industri pupuk milik
Negara. Alhamdulillah, berkat kerja keras dan doa Ayah, Ibu beserta
kakak-kakakku akhirnya Ayahku diterima. Betapa bahagianya keluargaku.
Semangat Ayah telah kembali.
Sejak kejadian itulah, Ayahku
sepertinya menyadari kekeliruannya selama ini. Ayah berjanji pada
dirinya sendiri kalau dia tak pernah lagi mau berputus asa atapun
bersedih bila mengalami kegagalan. Ayah telah mengambil hikmah dari
semuanya. Pun saat nenekku, Ibu dari Ayahku meninggal, tidak seperti
paman dan bibiku yang terus meratap menangisi kepergian nenekku, Ayah
dengan tegarnya mengurus semua pemakaman nenek dan dialah yang berusaha
menasehati saudara-saudaranya agar mengambil hikmah dari kepergian
almarhumah nenek
Ibu memang pelita kami sekeluarga. Ibu
adalah pejuang sejati di keluarga kami. Sepak terjang dan semangat
juangnya yang tinggi memberikan kekuatan pada kami, anak-anaknya dalam
meniti hidup. Dan kini ketika aku telah berkeluarga dan jauh dari Ibu,
sungguh nasehat Ibu selalu aku ingat dan senantiasa aku rindukan.
Perempuan hebat itu Ibuku

"Jangan
mudah putus asa karena setiap kegagalan itu pasti ada hikmah yang hebat
didalamnya. Tuhan Maha Mengetahui. Tak mungkin Dia akan mengabaikan
umatnya"
Kata–kata itu selalu dicamkan Ibu pada kami,
anak-anaknya, setiap kali kami menemui kegagalan. Terkadang kami
menganggap hal itu sungguh klise, atau sebuah nasehat yang biasa untuk
memotivasi kami bila kami larut dalam kesedihan saat mendapati sesuatu
yang tidak seperti kami inginkan. Tapi sekarang betapa aku rindu sekali
mendengar nasehat Ibu terlebih bila aku terbentur masalah kantor, rumah
tangga ataupun yang lain.
Ibuku memang seorang wanita yang
giat dan tegar. Suatu kejadian masa lalu yang sempat aku dengar dari
kakakku selalu terngiang dan membuat hatiku bangga pada Ibu. Saat itu
Ayahku bekerja di sebuah perusahaan penerbangan milik negara dengan gaji
yang tinggi. Tentu saja semua kebutuhan anak-anaknya pada masa tersebut
ada enam orang dapat tercukupi.
Sampai pada suatu
peristiwa yang merubah jalan hidup Ayah dan keluargaku. Tahun itu
ternyata sedang berlangsung peristiwa pencarian dan penangkapan
orang–orang yang terlibat suatu Organisasi atau partai yang terlarang
pada masa itu. Berita yang sangat buruk sungguh mengejutkan Ayah dan
rekan-rekan di kantornya. Atasan Ayah termasuk orang yang dicari dan
langsung diberhentikan oleh perusahaan. Rupanya atasan Ayah mempunyai
niat buruk. Semua staff yang berada dibawahnya dilaporkannya ikut
terlibat pada partai tersebut.Tanpa diusut lebih lanjut semua staff di
kantor diberhentikan termasuk Ayahku.
Ayahku tentu saja
merasa bingung dan gundah gulana, apa lagi sulit sekali mencari
pekerjaan ditambah lagi dengan cap terlibat partai terlarang. Disitulah
Ibuku dituntut untuk berjiwa besar.. Ibu terus menasehati Ayah agar
terus berusaha dan pantang berputus asa. Masa berganti masa dan bulan
berganti bulan namun Ayah belum kunjung mendapat pekerjaan. Pesangon
yang diberikan perusahaan yang kemudian dijadikan modal kerja sama usaha
pun ternyata malah ditipu oleh teman Ayah sendiri.
Ayahku
mulai patah semangat dan dan mulai malas untuk mencari kerja, namun Ibu
tak kenal lelah untuk memotivasi Ayah. Padahal saat itu Ayah tidak bisa
mencukupi kebutuhan keluarga lagi. Dalam keputusasaan, Ayah menjadi
lebih temperamental. Apa saja yang tidak mengenakkan hatinya, Ayah pasti
langsung emosi. Menurut cerita kakak-kakakku, ketika Ayah marah, tak
seorang pun yang berani mengusik Ayah karena takut menjadi sasaran
kemarahan Ayah. Tapi Ibu sangat sabar dan memaklumi mengapa Ayah menjadi
lebih pemarah. Ibu berusaha mengerti segala kekalutan dan kebingungan
Ayah.
"Jangan marah pada Ayah. Kita semua harus mendukung
Ayah dan memberi semangat padanya. Kita harus terus berdo’a kepada Tuhan
semoga diberikan jalan keluar untuk Ayah dan keluarga kita," demikian
kata-kata Ibu pada kakak-kakakku bila mereka mengeluh tentang Ayah dan
nasehat itu selalu diingat oleh kakak-kakakku.
Ibu memang
wanita luar biasa. Di saat keuangan yang sulit, Ibu harus memutar
pikiran untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Mulailah Ibu
menanam sayur-sayuran di kebun belakang, sehingga dari sanalah dapur
kami dapat mengepul. Kakak-kakakku cerita, ketika itu mereka harus makan
sangat sederhana. Bayangkan bila sebelumnya mereka bisa makan enak,
saat itu mereka harus bersyukur bila hanya makan dengan sayur dan sambal
atau kerupuk.
Sedangkan untuk kebutuhan sekolah anak –
anak dan untuk membeli beras Ibuku mengkreditkan pakaian ke rumah–rumah
tetangga. Banyak tetangga yang mencemooh dan merendahkan Ibuku yang
dulunya hidup enak sekarang harus bekerja keras. Bila kakak-kakakku
menjadi marah karena sindiran dari para tetangga yang sepertinya senang
dengan kemelaratan kami, namun Ibu dengan senyumnya yang selalu bisa
menenangkan hati itu tidak memasukkan ke dalam hatinya setiap perlakuan
yang sangat tidak mdngenakkan itu. Ibu tetap bersyukur pada Tuhan atas
semua rezeki yang diberikan Tuhan.
"Tapi kita tidak bisa diam saja bu, bila dihina seperti itu?!"
"Awas saja, akan kubalas ejekan mereka pada Ibu!"
Begitulah
kemarahan-kemarahan kakak-kakakku melihat Ibu kami disakiti dan diejek.
Tapi Ibu tak pernah terbawa emosi. Dengan lembutnya Ibu menenangkan
kakak-kakakku yang sedang emosi itu.
"Marah tak akan
menyelesaikan masalah, nak. Untuk apa meruncing permasalahan dan
menambah musuh kan?" demikian Ibu berujar, "engan berdo’a yang tak
putus-putus, suatu saat Tuhan pasti memberikan balasan dari setiap usaha
yang kita kerjakan. Satu hal yang harus selalu diingat, bersyukurlah,
karena hari ini pun kita masih bisa makan, itulah rezeki yang diberikan
Tuhan untuk kita."
Ah…Ibu memang wanita yang sangat tegar.
Kesabaran dan ketabahannya dalam menapaki hidup sepertinya menyentuh
hati Ayahku. Akhirnya semangat Ayahku bangkit kembali. Ayah bangkit dari
tidurnya lelapnya dan mulai mengisi hari-hari dengan harapan dan
semangat dalam usaha mencari pencapaian cita-cita.
Sampai
kemudian Ayah melamar kerja pada suatu perusahaan industri pupuk milik
Negara. Alhamdulillah, berkat kerja keras dan doa Ayah, Ibu beserta
kakak-kakakku akhirnya Ayahku diterima. Betapa bahagianya keluargaku.
Semangat Ayah telah kembali.
Sejak kejadian itulah, Ayahku
sepertinya menyadari kekeliruannya selama ini. Ayah berjanji pada
dirinya sendiri kalau dia tak pernah lagi mau berputus asa atapun
bersedih bila mengalami kegagalan. Ayah telah mengambil hikmah dari
semuanya. Pun saat nenekku, Ibu dari Ayahku meninggal, tidak seperti
paman dan bibiku yang terus meratap menangisi kepergian nenekku, Ayah
dengan tegarnya mengurus semua pemakaman nenek dan dialah yang berusaha
menasehati saudara-saudaranya agar mengambil hikmah dari kepergian
almarhumah nenek
Ibu memang pelita kami sekeluarga. Ibu
adalah pejuang sejati di keluarga kami. Sepak terjang dan semangat
juangnya yang tinggi memberikan kekuatan pada kami, anak-anaknya dalam
meniti hidup. Dan kini ketika aku telah berkeluarga dan jauh dari Ibu,
sungguh nasehat Ibu selalu aku ingat dan senantiasa aku rindukan.












